“Sekiranya manusia mengetahui kebaikan-kebaikan yang terdapat di bulan Ramadhan, tentulah mereka mengharapkan agar seluruh bulan adalah bulan Ramadhan” [HR. Ibnu Huzaimah]
Sesungguhnya shaum bulan Ramadhan merupakan salah satu syiar yang menyatukan kaum muslim, dan mengingatkan mereka bahwa Rabb mereka adalah satu, agama mereka pun satu, kiblat mereka sama, dan tujuan mereka juga satu. Lebih dari itu, Ramadhan semakin mengokohkan bahwa mereka adalah umat yang satu, berbeda dengan umat manusia lainnya. Juga, mengingatkan mereka bahwa umat yang berakar ini tidak boleh tetap dalam keterpecahbelahan menjadi lebih dari lima puluh negara boneka kecil-kecil. Tidak boleh juga tetap tanpa Khilafah yang menyatukan mereka, serta tidak boleh terus menerus tanpa penerapan syariat Islam yang menjadikan merekamulia dan bahagia.
Dengan datangnya bulan Ramadhan yang diberkati maka lebih pantas bagi kaum Muslim sejenak berdiam diri sebagaimana dilakukan di setiap bulan Ramadhan, untuk melakukan koreksi (muhasabah) dan pengkajian. Koreksilah diri kita sendiri sebelum kita dihisab oleh Allah SWT. Apa andil masing-masing kita yang sudah diberikan terhadap Islam hingga saat ini? Apakah telah berupaya menghidupkan hukum-hukum Islam yang telah hilang? Apakah mematikan bid’ah dan menghidupkan Sunnah? Apakah telah melakukan amar ma’ruf nahi munkar? Apakah turut mengemban dakwah Islam serta bergabung dalam aktivitas untuk mengembalikan Khilafah Islamiyah? Atau kita ridha dengan kondisi dan aktivitas yang sebaliknya? Dan apakah kita berdiam diri dari aktivitas untuk menerapkan syariat Islam seraya ridha hidup dibawah syariat (hukum) kufur?
Umat Islam pada tahun ini merasa ditekan dan didzalimi lebih keras lagi dibandingkan dengan waktu sebelumnya. Pada saat yang sama diri umat merasakan tidak ada yang dapat melepaskannya dari keburukan yang menimpanya selain Allah SWT. Umat merasa, kini semua pihak telah mengerumuninya dan dengan rakus merobek dan memakan dagingnya. Hal itu telah diuraikan dan disinggung oleh Rasulullah Saw.:
Kelak, bangsa-bangsa lain akan memperebutkan kalian, sebagaimana (mereka) memperebutkan makanan untuk meremukannya. [HR. Abu Daud dari Tsauban].
Setelah muhasabah ini, kaum Muslim wajib mengkaji kondisi mereka saat ini, lalu membandingkannya dengan kondisi yang mereka alami pada Ramadhan sebelumnya. Mengkaji hal-hal yang menguatkan dan yang melemahkan. Memahami unsur-unsur yang mampu meninggikan, memuliakan dan membangkitkan yang bisa mendorong cita-cita, bahwasanya pertolongan Allah itu adalah dekat. Dan unsur-unsur kemunduran, kehinaan dan keterpurukan yang memperpanjang sampainya pada keberhasilan, bahkan menjadi penghalang jalan kesuksesan. Umat wajib mencermati sebab-sebab tersebut hingga mereka dapat menghindari sebab-sebab kelemahan dan kehinaan mereka, atau menghalangi datangnya pertolongan Allah atas mereka. Lalu, mengambil sebab-sebab yang bisa menguatkan, meninggikan dan memuliakan tadi.
Bertakwa Kepada Allah
Allah telah mewajibkan kita shaum agar kita menjadi hamba-hamba Allah yang bertakwa. Firman Allah SWT.:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Qs. al-Baqarah[2]: 183).
Allah telah menentukan hikmah bagi orang yang berpuasa, yaitu takwa. Takwa seperti yang didefinisikan oleh sebagian Salafus Shâlih adalah: Takut kepada Allah Yang Maha Agung (al Jalîl), menerapkan wahyu yang diturunkan (at Tanzîl), dan mempersiapkan diri terhadap hari keberangkatan/kematian (ar Rahîl). Takut kepada Allah mampu menjadikan seorang individu dekat dengan Allah dan tunduk kepada-Nya. Ia diselimuti oleh suasana penuh keimanan kuat. Ketahuilah, bahwa peperangan terbesar yang pertama didalam Islam adalah perang Badar yang dilakukan kaum Muslim pada bulan Ramadhan, ketika perasaan mereka diliputi oleh taqarrub kepada Allah. Berkenaan dengan itu Allah berfirman:
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (Qs. al-Baqarah[2]: 216).
Akan tetapi para sahabat ra telah memikul beban yang berat itu dengan rasa senang dan gembira. Dalam hal ini para sahabat ra merupakan sosok terbaik yang patut ditauladani. Mereka adalah generasi terbaik dari umat terbaik yang diturunkan untuk seluruh manusia ini. Puasanya mereka tidak menghalanginya untuk menjalankan kewajiban-kewajiban yang amat berat, seperti berperang dan jenis-jenis perbuatan berat lagi mulia lainnya. Bahkan hal tersebut makin mendekatkan diri mereka kepada Allah, dan menambah dorongan pada mereka untuk berkorban, baik harta ataupun yang lain. Demikianlah sejarah telah mencatat perang Badar Kubra terjadi pada bulan Ramadhan, begitu juga penaklukkan kota Makkah al-Mukarramah terjadi di bulan yang diberkati ini.
Para sahabat ra memahami bahwa Allah telah mewajibkan shaum Ramadhan atas kaum Muslim, serta menjadikannya sebagai bulan untuk berlomba-lomba melakukan amal kebaikan dan amal shaleh. Mereka sangat memegang teguh sabda Rasulullah Saw.:
Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkati. Allah membukakan (dan menurunkan) untuk kalian rahmat, mengosongkan (menghapuskan) kesalahan-kesalahan, mengabulkan doa. Allah Swt melihat persaingan kalian, dan para Malaikat menyenangi kalian. Allah akan menyirami kalian dengan kebaikan. Dan sungguh celaka siapa saja yang telah diharamkan atasnya rahmat Allah ‘azza wa jalla. [HR. Thabrani dari Ubadah bin Shamit].
Itulah yang diraih oleh orang-orang yang takwa dari generasi salaf umat ini berupa keagungan dan kemuliaan dari Allah atas amal mereka. Dan hal itu termaktub didalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Ketahuilah bahwa pertolongan/kemenangan yang Allah janjikan terhadap mereka terjadi di bulan Ramadhan, berupa kemenangan/pertolongan yang amat besar, yaitu penaklukkan kota Makkah. Itulah yang diceritakan Allah di dalam Kitab-Nya yang mulia:
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. (Qs. an-Nashr [110]: 1-2).
Dan firman-Nya pula:
Dan Allah menolong kamu terhadap mereka serta melegakan hati orang-orang yang beriman. (Qs. at-Taubah [9]: 14).
Demikianlah, hal ini merupakan pelajaran bahwa Allah SWT menolong orang-orang yang menolong-Nya, yakni Dia menolong orang-orang yang berpegang teguh kepada dîn-Nya.
Turunya al-Qur’an
Allah SWT telah menurunkan kepada kalian al-Qur’an di bulan Ramadhan. Allah memberi petunjuk melalui al-Qur’an tersebut siapa saja yang mengikutinya, dan menyesatkan siapa saja yang menyimpang darinya. Di dalam al-Qur’an itu terdapat petunjuk, dan penjelas dari petunjuk (berisi keterangan-keterangan tentang hukum), dan pembeda (antara haq dan batil). Allah berfirman:
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil). (Qs. al-Baqarah [2]: 185).
Lebih dari itu Allah telah menjelaskan segala sesuatu hingga tidak ada satu masalah pun -meski masalah itu senantiasa muncul dan jenisnya bermacam-macam- kecuali ada hukumnya. Allah berfirman:
Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu. (Qs. an-Nahl [16]: 89).
Allah telah mensyariatkan Islam kepada Muhammad saw sebagai satu-satunya agama yang benar, bukan seperti yang disangka oleh kaum kafir. Islam adalah agama yang mengatur hubungan manusia dengan Rabb-nya, yang mengatur hubungan dengan dirinya sendiri, dan yang mengatur hubungannya dengan sesama makhluk baik manusia maupun makhluk lainnya. Aktivitas menerapkan wahyu yang diturunkan termasuk penerapan hukum-hukum syariat (Islam) secara total di berbagai aspek kehidupan manusia, baik individu, kelompok maupun negara merupakan penyebab hakiki untuk kemuliaan Islam dan kaum muslim. Dan, didalam penerapan itulah terdapat keagungan dan kewibawaan mereka di depan musuh-musuhnya. Allah berfirman:
Padahal kekuatan (kemuliaan) itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, akan tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (Qs. al-Munafiqun [63]: 8).
Sebaliknya, jauhnya kaum muslim dari Islam dan hukum-hukumnya, itulah penyebab hakiki kelemahan mereka, ketertinggalan dan kenestapaannya. Firman Allah:
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (Qs. Tha’ha [20]: 124).
Sekarang kaum muslim telah sadar bahwa Islam bukanlah semata syiar-syiar ibadah ritual, melainkan merupakan dîn sempurna: akidah, syariat, hukum, politik, dan risalah ke seluruh dunia. Berkaitan dengan hal ini Allah SWT berfirman:
Hari ini, telah Aku sempurnakan bagi kalian dîn kalian, dan telah Aku cukupkan atas kalian nikmat-Ku, dan Aku meridhai bagi kalian Islam sebagai dîn kalian. (QS. al-Mâidah [5]: 3).
Kaum muslim juga telah sadar akan kewajiban menegakan Khilafah yang menerapkan Islam secara total. Demikian pula, kaum muslim sekarang telah sadar bahwa Barat kafir membuat tipu daya terhadap Islam serta hendak memadamkan cahayanya. Namun, rugilah Barat dan seluruh kekufuran, Allah SWT berfirman:
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala dîn (agama dan ideologi), walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Qs. at-Taubah[9]: 32-33).
0 komentar:
Posting Komentar